Tidak Hanya Mandarin, Ini Dia Beragam Dialek Yang Ada Di China

Tidak Hanya Mandarin, Ini Dia Beragam Dialek yang Ada di China

China adalah negara dengan keragaman budaya dan bahasa yang sangat kaya. Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, China memiliki lebih dari seratus dialek yang digunakan di berbagai wilayah. Meskipun bahasa resmi negara ini adalah Mandarin, dialek-dialek lain juga memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Dalam artikel ini, kita akan mengulas berbagai dialek yang digunakan di China, dari Mandarin yang umum digunakan hingga dialek-dialek lokal yang mungkin jarang terdengar.

1. Dialek Mandarin (Putonghua)

Mandarin, atau yang dikenal sebagai Putonghua (普通话), adalah bahasa resmi nasional China. Bahasa ini digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah, media, dan pemerintahan di seluruh negeri. Mandarin sendiri berbasis pada dialek Beijing, yang merupakan varian utama di wilayah utara China. Sebagai bahasa yang paling banyak penuturnya di dunia, Putonghua memiliki pengaruh besar dalam berbagai aspek kehidupan di China.

Seiring dengan berkembangnya modernisasi, Mandarin juga menjadi bahasa yang dipelajari di luar China, terutama di negara-negara dengan komunitas Tionghoa yang besar. Sebagai bahasa standar yang digunakan di media dan pendidikan, Mandarin memfasilitasi komunikasi antar wilayah yang sangat beragam secara linguistik di seluruh China.

2. Dialek Cantonese (Yue)

Salah satu dialek yang paling dikenal di luar China adalah Cantonese atau Yue (粤语), yang digunakan di Guangdong, Hong Kong, dan Macau. Dialek ini memiliki pengaruh yang signifikan, terutama dalam industri hiburan, di mana banyak film dan lagu yang diproduksi dalam Cantonese.

Cantonese terkenal karena sistem nadanya yang lebih kompleks dibandingkan dengan Mandarin, dengan sembilan nada yang digunakan dalam pelafalan, berbanding empat nada di Mandarin. Hal ini membuat Cantonese cukup sulit untuk dipelajari oleh penutur Mandarin. Selain itu, struktur kalimat dan kosakata dalam Cantonese juga berbeda jauh dari Mandarin, menjadikannya salah satu dialek yang lebih unik di China.

3. Dialek Wu

Dialek Wu (吴语), yang mencakup varian Shanghainese, digunakan di wilayah timur China, terutama di Shanghai, Zhejiang, dan Jiangsu. Dialek ini memiliki pelafalan yang sangat berbeda dari Mandarin dan bahkan lebih sulit dimengerti oleh penutur bahasa lain di China.

Shanghainese, misalnya, dikenal dengan penggunaan konsonan yang lebih ringan dan pengucapan vokal yang lebih pendek dibandingkan Mandarin. Hal ini menyebabkan penutur Mandarin sering merasa kesulitan saat mendengarkan Shanghainese, meskipun keduanya berasal dari rumpun bahasa yang sama.

4. Dialek Min

Dialek Min (闽语) adalah kelompok dialek yang digunakan terutama di provinsi Fujian, Taiwan, dan beberapa bagian Asia Tenggara, seperti Singapura dan Malaysia. Dua varian utama dari dialek Min adalah Hokkien dan Teochew. Kedua dialek ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan, meskipun keduanya berasal dari rumpun yang sama.

Hokkien, misalnya, digunakan secara luas di Taiwan, sementara Teochew banyak digunakan oleh komunitas Tionghoa di wilayah pesisir selatan Tiongkok dan di diaspora Tionghoa Asia Tenggara. Hokkien juga dikenal dengan pengaruhnya yang kuat terhadap dialek lokal di Indonesia, seperti dalam bahasa Hokkien Medan.

Min adalah salah satu dialek yang paling banyak digunakan di luar China, terutama di negara-negara dengan populasi Tionghoa yang besar.

5. Dialek Hakka

Dialek Hakka (客家话) digunakan oleh komunitas Hakka yang tersebar di berbagai wilayah Tiongkok bagian selatan, seperti Guangdong, Jiangxi, dan Fujian. Komunitas Hakka juga memiliki diaspora yang besar di luar China, terutama di negara-negara Asia Tenggara, seperti Indonesia dan Malaysia.

Hakka dikenal dengan fonologi yang lebih konservatif dibandingkan dengan dialek-dialek lain, seperti Cantonese dan Mandarin. Pengucapan dalam Hakka cenderung lebih keras dan kaku, yang memberikan kesan bahwa dialek ini lebih ";tua"; dan lebih terjaga dari perubahan linguistik.